judul

Rabu, 20 Februari 2013


Khawatir Pergaulan Remaja Jaman Sekarang


Saya ayah dua orang putra yang menginjak remaja (16 dan 14 tahun). Saya khawatir melihat perkembangan anak muda sekarang yang complicated, dibanding masa muda saya dulu. Mulai narkoba, seks bebas,  perkelahian pelajar, dsb.
Sebagai orangtua, saya berharap anak-anak saya tak terjerumus hal-hal  negatif.  Untuk itu, saya mengawasi mereka secara ketat. Pulang tak boleh lewat  jam 9 malam, menyeleksi teman-temannya, bahkan tak jarang saya membongkar –  secara diam-diam — isi tas atau lemari mereka, khawatir terdapat narkoba.
Salahkah tindakan saya? Bagaimana orangtua harus bersikap? Oh ya, belakangan mereka protes dan menganggap tindakan saya berlebihan.

Sebagai orangtua, tentunya wajar kita bersikap protektif terhadap anak, sebagai ungkapan rasa sayang dan cinta. Apalagi ketika mereka menginjak usia remaja, yang merupakan titik rawan dalam proses tumbuh-kembang seorang anak.
Sangat wajar pula bila orangtua menginginkan anaknya menjadi orang yang terbaik dalam segala hal, seperti dalam bidang pendidikan, kedewasaan, kemapanan, pergaulan, dsb. Namun untuk mencapai itu butuh perjalanan panjang dan berliku. Dan dalam proses itulah seorang anak akan belajar banyak hal, baik itu secara formal maupun non-formal.
Dari rumah misalnya (non-formal), banyak hal dapat dipelajari anak, seperti bagaimana berkomunikasi, bekerja sama, memahami satu sama lain, memberi dukungan positif, saling membantu, menerima kekurangan masing-masing, dan banyak lagi. Sementara  di sekolah, di samping kegiatan akademis, anak juga belajar tentang disiplin, pergaulan, kegiatan ekskul dsb.
Untuk menjadikan anak yang tangguh dan unggul, tentunya orangtua harus bersikap, berpikir, berkomunikasi, berperasaan dan berempati secara rasional dalam mendidik anak, dan juga dalam proses belajar mereka. Karena pada akhirnya anak akan berkiblat pada orangtuanya. Akankah mereka bangga atau malu dan kecewa terhadap orangtua dan pendidikannya…!
Untuk itu, ada beberapa hal yang sebaiknya diketahui:
1. Saat remaja, anak sedang dalam proses perubahan fisik yang signifikan, dan sangat concerned dengan teman gaul atau kelompok bermainnya.
2. Remaja biasanya kurang yakin dengan apa yang sedang dirasakannya. Mereka pun kadang bingung mengekspresikannya. Karena itu, usahakan untuk tidak langsung menilai dari apa yang dikatakannya saat itu, berilah anak kesempatan lain agar mereka lebih jernih mengekspresikannya.
3. Remaja biasanya mencari approval atau kompromi. Dan kompromi dari teman gaul biasanya berada di urutan utama. Namun mereka juga peduli terhadap apa yang dikatakan orang lain, apakah dari orangtua atau guru. Serta, pujilah bila mereka memang melakukan hal yang positif.
4. Perilaku ’menantang’ atau ’melawan’ (bukan argumentasi) harus dihadapi dengan mekanisme hukuman yang sesuai dengan kesalahannya.
5. Melalui interaksinya dengan teman gaul, remaja belajar mengembangkan kemampuan hubungan sosialnya.
Demikian, semoga Anda memahami bahwa untuk membuat anak menjadi tangguh, kuat, stabil, terarah dan unggul, justru harus dimulai dengan proses pembelajaran di berbagai lini pendidikan, juga dalam berbagai konteks dan perspektif pendidikan. Bukan sebaliknya, mengisolasi anak dari sumber-sumber pembelajarannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar